Kompas Minggu, 10 Juni 2001

 46 Anak Timtim Diasuh di Gunungkidul

Yogyakarta, Kompas – Di tengah berlangsungnya proses registrasi para pengungsi Timtim di Nusa Tenggara Timur (NTT), pendidikan anak-anak tetap harus memperoleh perhatian. Keprihatinan terhadap nasib anak-anak tersebut harus dilepaskan dari kepentingan politis, mengingat anak-anak adalah bagian dari anak Indonesia yang sampai saat ini mengalami trauma kekerasan.

Keprihatinan itu diungkapkan Ketua Umum Yayasan Harapan Timor (Hati) Ny Natercia MJO Soares kepada Kompas, usai Open House penerimaan anak-anak pengungsi di Asrama Timor Timur, Yogyakarta, Sabtu (9/6). Ia dimintai komentarnya atas usaha keras timnya dalam menyelamatkan pendidikan anak-anak usia 6-12 tahun yang selama ini sulit memperoleh pendidikan di kamp-kamp pengungsian.

Akibat konflik yang berkepanjangan dan perdebatan yang tiada henti tentang keberadaan para pengungsi di sana, jelas Natercia, sebanyak 46 anak kini diselamatkan kembali untuk mengenyam pendidikan sekolah dasar (SD) di Asrama Taman Bina Anak Bangsa, Playen, Gunungkidul, Yogyakarta.

Bulan November 1999 lalu, Yayasan Hati telah menyelamatkan 126 anak yang terbagi dalam dua gelombang. Untuk mengenyam pendidikan SD, mereka dititipkan di sejumlah Panti Asuhan (PA) di Jawa Tengah, antara lain, PA Gedang Anak (Semarang), PA Bethlehem (Temanggung), PA Brayat Pinuji dan PA St Maria (Boro), serta PA St Thomas (Jimbaran).

Natercia mengatakan, “Walau sampai saat ini sebagian besar elite politik di sana masih pusing memikirkan situasi politik, kami justru ingin secepatnya menyelamatkan anak-anak untuk memperoleh kembali pendidikan yang selama ini terabaikan. Kami ingin menjauhkan anak-anak dari situasi kekerasan dan kondisi yang tidak mendukung perkembangan masa depan mereka.”

Anak-anak itu, imbuhnya, perlu memperoleh kembali pemulihan kondisi psikologis akibat trauma kekerasan dan ketakutan yang selama ini akrab menaungi kehidupan para pengungsi. Terhadap pendidikan anak-anak itu kelak, Natercia mengaku bahwa yayasannya belum pernah memperoleh sepeser pun bantuan, baik dari pemerintah maupun luar negeri.