Cipriano

Tahun lahir: 1969

Tempat asal: Beobe, Viqueque

Nama orangtua: Ana Maria dan Miguel Amaral

Orangtua dan keluarga Cipriano ingin supaya dia menengok mereka:

Kisah Anak Timor yang Hilang (2): Pulsanglah ke Rumah, Nak!

Citra Dyah Prastuti (Radio Asia Calling, 14 Januari 2012)

Nama narasumber: Duarte Sarmento (paman – adik dari Ana Maria)

‘Jauh sebelum invasi Indonesia, ada seorang ibu yang bernama Petronela Maria Inasio tinggal di desa kami, Beobe, Distrik Viqueque. Ia berasal dari Atambua, Timor Barat, dan menikah dengan seorang pria Portugis yang meninggal sebelum Indonesia mengambil alih Timor Timur. Setelah tahun 1975 Petronela Inasio menjadi anggota DPR di Jakarta mewakili untuk Timor Timur.

‘Pada tahun 1977 Petronela Inasio mendekati beberapa orangtua dan menawarkan pendidikan gratis untuk anak-anak mereka. Anakanak itu akan dikirim ke Jawa untuk disekolahkan. Program ini dijalankan oleh Presiden Soeharto melalui Yayasan Dharmais miliknya.

‘Salah satu orangtua yang Petronela Inasio dekati adalah Ana Maria, kakak kandung saya. Ana Maria dan suaminya, Miguel Amaral, sepakat dan mengizinkan anak mereka, Cipriano, dikirim ke Jawa untuk belajar. Selain Cipriano, kami juga sepakat untuk menyertakan seorang sepupu dari Cipriano, yang orangtuanya telah meninggal dunia, untuk dikirim bersama-sama ke Jawa. Beberapa hari kemudian Petronela Inasio datang untuk membawa Cipriano dan sepupunya. Ia juga membawa serta tiga anak lain dari kampung sebelah. Mereka dibawanya dengan helikopter militer dari Dili.

Penyerahan

‘Kami menyerahkan anak-anak kami kepada Petronela Inasio secara sukarela, tanpa paksaan. Kami setuju dengan rencana itu karena waktu itu keadaan kami sangat susah. Makanan tidak cukup dan obat-obatan sulit didapat. Kami tidak tahu apakah kami akan bertahan hidup.

‘Sekalipun kami menyerahkan anak kami secara sukarela, seharusnya orang-orang itu memberi informasi tentang anak kami dan alamat mereka di Jawa. Pada tahun itu juga ayah Cipriano, Miguel Amaral, dan seorang pamannya, Leopoldo, mengunjungi Cipriano di Panti Asuhan Seroja. Kami baru mendengar bahwa Cipriano belum dikirim bersama anak-anak lain ke Jawa pada tahun 1984. Ketika anak-anak lain kembali ke Timor Timur untuk berlibur, kami baru tahu dari sepupu Cipriano tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Cipriano.

Hilang

‘Cipriano tidak pergi bersama anak-anak lain ke Jawa. Setelah mereka dibawa pergi dari Viqueque, mereka tinggal di Panti Asuhan Seroja selama hampir tiga tahun. Pada akhir tahun 1979, sepupu Cipriano dikirim bersama sekitar 20 anak lain ke Jawa. Hanya saja, Cipriano tidak bersama-sama dengan mereka. Sebelum mereka berangkat, seorang istri tentara datang ke panti asuhan dan mengadopsi Cipriano. Pada waktu yang bersamaan ia juga mengambil seorang gadis cilik dari Ainaro.

‘Kami semua sangat sedih dan kehilangan Cipriano. Kami ingin menemukan kembali anak kami yang hilang. Jika kita kehilangan hewan piaraan kita, kita mungkin akan menghabiskan seluruh tenaga kita untuk menemukannya – apalagi untuk menemukan seseorang.

‘Segenap keluarga ingin agar ia menghubungi kami.’